Jumat, 08 Januari 2021

  COVID-19 MENGHANTUIKU

Maret 2020,merupakan awal tahun yang membuat kita semua ketakutan,merasa terancam nyawa.Dimana terdapat sebuah virus baru yang telah masuk ke Indonesia,yaitu Corona Virus Desease 19.Kasus ini ditetapkan sebagai wabah yang melanda beberapa negara di dunia.

Yaach ....virus ini dikenal dengan sebutan Covid-19.Kemunculan virus tersebut diawali dari negara China. Dan untuk pertama kalinya China melaporkan adanya penyakit baru ini pada 31 Desember 2019. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di China mendapatkan pemberitahuan tentang adanya  penyakit sejenis pnemonia yang penyebabnya tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru itu terdeteksi di kota Wuhan,Prov.Hubei,China.

Seiring waktu,penelusuran disetiap negara terkait wabah ini terus bertambah dan berkembangnya cukup signifikan.Di Indonesia pada bulan Maret 2020,Covid-19 diawali dengan munculnya kasus dua orang WNA yang positif terinfeksi virus corona. Dua orang WNA tersebut merupakan WNA yang berasal dari negara Jepang dan berdomisili di Malaysia. Saat itu mereka sedang berkunjung ke Indonesia. 

Sesaat hendak kembali ke tempat asalnya, dua orang tersebut mengalami batuk, sesak, dan demam selama kurang lebih 10 hari. Dokter melakukan pemeriksaan dan mendiagnosa bahwa dua orang tersebut positif terinfeksi virus corona, dan sekaligus menjadi orang pertama di Indonesia yang terinfeksi virus Covid-19.

Sejak saat itu, warga negara Indonesia seolah merasa terancam. Segala upaya dilakukan pemerintah demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Covid-19 merugikan banyak pihak, kesehatan, ekonomi, maupun pendidikan. Seiring berjalannya waktu, perkembangan penyebaran virus ini belum menunjukkan penurunan. Alhasil, dalam aspek pendidikan pemerintah Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan mengenai pembelajaran berbasis dalam jaringan atau disebut DARING 16 Maret 2020, sejalan dengan pemerintah pusat. 

Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara resmi mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tentang pembelajaran berbasis Dalam Jaringan (DARING). Hal tersebut merupakan kabar buruk dalam dunia pendidikan sepanjang tahun.

Itulah awal dari adanya pandemi covid-19.

 Suka dukanya seorang pendidik sekarang ini dengan istilah DARING (dalam jaringan) pembelajaran saat ini yang dilakukan didunia pendidikan diseluruh Nusantara, tak terkecuali disekolah kami MIN 2 Trenggalek yang tercinta ini.

Menjadi tantangan terbesar saat ini karena banyak permasalahan-permasalahan yang para pendidik hadapi,termasuk aku sendiri didalam hal penguasaan teknologi yang canggih saat ini, masih belum seberapa menguasainya,hingga akhirnya aku terus belajar...belajar... dan belajar tentang IT....Nah disitulah nampaknya hikmah yang bisa kita nikmati.

Belum lagi yang dialami anak-anak dalam pembelajaran online,salah satunya dengan keterbatasan penguasaan teknologi saat ini, apalagi belum kalau tidak ada jaringan internet dikarenakan kebanyakan tempat tinggalnya sebagian besar dipelosok desa,bahkan ada yang didaerah pegunungan, alhasil sinyal tidak ada. Selain itu banyak orang tua yang mengeluh dengan pelajaran daring atau online, karena banyak orang tua yang tidak bisa mengajari anaknya.

Tak jarang keluh kesah mereka terutama orang tuanya semua mengeluh inilah itulah karena katanya "Tidak enak ya jadi guru itu...". Padahal jadi guru anaknya sendiri lho. Katanya mereka merasa keberatan, bahkan saking jengkelnya tugas-tugas dari sekolah dikerjakan sendiri oleh orang tuanya. Ada lagi tugas-tugas yang terlambat dikirimkan karena terkendala jaringan internet. Akupun juga memahami keadaan tersebut. Sebenarnya belajar daring itu sangat banyak hikmahnya, seperti anak-anak menjadi lebih memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga, ada juga yang bilang daring itu enak bisa sambil santai dan bermain, bisa sambil rebahan, bisa memakai baju bebas, dan yang lebih enak lagi bisa sambil makan atau ngemil. Tetapi ada juga yang mrngatakan bahwa belajar secara daring itu tidak enak karena kurang fokus dan materinya kadang-kadang kurang faham, padahal pelajaran kelas 1 yang masih tergolong sangat mudah. Kadang aku sangat heran....

Sejenak aku berfikir, oh iya ya..karena masing-masing SDM seseorang itu tidak sama, Astaghfirullahal 'adziim...Ya Allah ampunilah dosaku. Dengan keluhan orang tua itu aku dengan sabar selalu memberi support dan semangat agar tidak terlalu membebani mereka.

Pelajaran tema demi tema sudah terselesaikan. Tiba saatnya Penilaian Akhir Semester 1 (PAS) dimulai. Dan disinilah aku sebagai guru semakin bingung, mau dibuatkan soal dalam bentuk quizizz, google form, dan lainnya yang berbau online, orang tua semakin keberatan, kembali ke permasalahan jaringan internet ataupun kuota paket data internet.

Meskipun aku juga belum seberapa mahir dibidang IT, tapi aku berusaha memelajarinya karena guru masa kini dituntut untuk bisa menguasai era digitalisasi seperti saat ini yang sudah berkembang pesat. Alhasil untuk soal Penilaian Akhir Semester 1 (PAS) aku buatkan dalam bentuk PDF, dan setelah itu aku print out kan karena jika dalam bentuk PDF kemungkinan orang tua masih banyak yang belum bisa cara mengaksesnya. Ketika ujian berlangsung ternyata hasilnya kurang maksimal dan timbul pertanyaan, "Murnikah hasil pekerjaan anak??". Nah, disinilah yang menjadi bebanku dalam memberikan penilaian karena aku belum tahu bagaimana karakter anak didikku yang sesungguhnya.

Satu semester sudah terlewatkan tapi aku belum tahu wajah-wajah ganteng, cantik, lucu, dan menggemaskan anak-anak didikku. Ya Allah kapan wabah Covid-19 ini berakhir...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Lisence by Mohib Asrori | Copright | 2020